Rabu, 19 Agustus 2009

GALAT-GALAT PENGAMATAN

Pengukuran cacah tidak selalu mudah dilakukan. Misalnya pada pencacahan banyaknya individu suatu spesies rerumputan, banyaknya individu jasad renik dan materi renik yang selalu bergerak.
Untuk pencacahan diperlukan definisi apa yang dinamakan sebagai satu satuan. Misalnya apa yang dimaksud dengan anakan dari serumpun tanaman padi sawah. Pencacahan dilakukan terhadap yang termasuk seperti dimaksud dalam definisi yang digunakan.
Pengukuran cacah, apakah yang dilakukan dengan cara membilang, tanpa atau dengan meng-gunakan benda atau alat seperti jari, lidi, kerikil, catat turus, alat cacah mekanik dan sebagainya, tidak sepi dari kemungkinan berbuat keliru. Misalnya karena ada yang terlupakan atau tercacah ulang.
Pengukuran urutan atau peringkat menghasilkan posisi nisbi objek-objek ukur tanpa mem-persoalkan terukur-tidaknya jarak-jarak antar urutan nilai-nilai. Pengukuran ini dapat di-terapkan terhadap peubah berskala paling kurang adalah ordinal. Termasuk yang dengan perasaan atau pertimbangan.
Pengamatan langsung dengan melihat, menjejer dan sebagainya hanya mungkin dilakukan terhadap sejumlah objek tidak banyak. Tetapi, pemeringkatan tidak selalu mudah dilakukan jika objek-objek yang dinilai cukup banyak dan/atau tidak dapat dihadirkan seluruhnya. Lebih-lebih jika pemeringkatan didasarkan atas penilaian dengan pertimbangan.
Suku-suku ukur lineal (panjang, lebar, tinggi, keliling, diameter, luas dsbnya), volume, waktu dan bobot memiliki satuan ukur. Beberapa di antaranya ada yang tidak baku, seperti: jengkal, hasta, depa, langkah, borong, sendok, genggam, ikat dan sebagainya. Sehingga diperlukan kehati-hatian dalam melakukan pengkonversian.
Dalam pengukuran volume dan bobot untuk materi fasa padat yang tidak masif peluang mendapatkan hasil pengamatan yang berbias lebih besar daripada terhadap materi fasa padat yang masif atau materi fasa cair.
Pengukuran fisikawi dan kimiawi umumnya dilakukan dengan alat buatan manusia dari tingkat keseksamaan dan ketelitian tertentu. Pengukuran ciri-ciri objek berdasarkan suatu peubah tidak jarang dapat dilakukan dengan pilihan dari lebih dari satu macam alat ukur. Terhadap objek yang sama tidak jarang alat-alat ukur memberikan data baca yang berbeda, yang tidak selalu dapat dialamatkan kepada galat karena pemetikan cuplikan.
Masalah dapat muncul apabila ada dua atau lebih alat berbeda dalam hal kepekaan mengukur atau berbeda afinitas dengan objek yang diukur karena ada interaksi antara objek dan alat dalam ekspose ciri untuk suatu suatu peubah. Misalnya dalam penentuan kandungan kalium tanah tersedia ada beberapa metode ekstraksi kalium. Tiap metode ekstraksi berbeda dalam ke-mampuan mengekstrak ion-ion kalium dari zarah-zarah halus tanah pengikatnya. Kemampuan tersebut tidak bebas dari kondisi fisika-kimia aktual yang dimiliki oleh suatu cuplikan tanah. Kompleks tanah bukanlah materi statis. Suatu massa tanah dengan ciri-ciri fisikawi, kimiawi dan hayatinya merupakan suatu kompleks materi dinamis yang dapat menentukan keterandalan kinerja suatu alat ukur. Dengan demikian nilai pengukuran kalium tersedia tanah yang didapat dari penggunaan suatu metode ekstraksi sebenarnya 'given’. Yaitu, tergantung pada metode penetapan kalium tanah tersedia yang digunakan.
Tidak sedikit dari peubah respons terpaksa dinilai dengan alat tidak memiliki skala terukur baik. Misalnya pada penilaian dengan skala-skala nominal, ordinal, peringkat, hedonik atau tingkat intensitas. Keterandalan penilaian indrawi atau pertimbangan tergantung pada pengamat (juri, panelis). Seorang juri atau panelis harus memiliki kepekaan dalam mendiskriminasikan adanya keanekaan ciri-ciri, atribut-atribut atau respons-respons dari objek-objek yang dinilainya berdasarkan suatu peubah. Kemampuan ini biasanya didapat melalui pelatihan dan ujicoba intensif dan pengalaman panjang.
Dalam pengumpulan data melalui wawancara perlu diperhatikan kemungkinan adanya interaksi antara enumerator, kuesioner dan responden. Kendati yang ditanyakan berkenaan dengan peubah-peubah berskala ukur selang atau nisbah. Karena jawaban yang didapat umumnya berupa pengakuan responden yang mempunyai akal, perasaan dan sifat manusiawi seperti dapat lupa, tidak mengerti, tidak tahu, bohong dan sebagainya.
Demikian juga halnya dengan enumerator yang mungkin saja kurang mampu berkomunikasi baik dengan responden dalam upaya mendapatkan data yang benar, bertindak atau bersikap mengarahkan jawaban responden, mengemukakan pertanyaan bermakna jamak, tidak jelas, tidak dimengerti, di luar pengetahuan responden dan sebagainya. Enumerator mungkin saja belum ‘menyatu’ dengan alat kuesioner yang digunakan. Atau, bahkan kuesionernya sendiri mengandung pertanyaan-pertanyaan berkesahihan atau berketerandalan rendah. Alat atau pengamat seperti ini potensial dapat membangkitkan “galat jenis III”. Yaitu, galat dalam mendapatkan jawaban yang ‘benar’ dari penggunaan pertanyaan ‘salah’ atau keliru. Membuat pertanyaan yang benar dapat lebih sukar daripada mendapatkan jawaban yang benar (Chatfield, 1988).
Masalah kesahihan dan keterandalan penting diperhatikan dalam pengamatan atau pembanding-an. Suatu peubah dikatakan sebagai suatu pengukur/penilai ciri-ciri atau respons-respons dari sejumlah objek pengamatan yang sah jika memang relevan untuk digunakan atau dapat men-cerminkan ciri-ciri atau respons-respons yang dimaksud. Yaitu sesuai dengan tujuan pengamatan.
Sesuai dengan tujuan yang dikehendaki ada tiga jenis kesahihan dalam pengamatan, yaitu: kesahihan isi, kesahihan konstruk dan kesahihan prediktif (Moore, 1997). Keterandalan pengamatan berhubungan dengan masalah keseksamaan dan ketelitian dalam pengamatan (perhatikan Gambar 2.3.1 atas atau bawah).



Gambar 2.3.1. Empat kelas pengamatan-pengamatan


Keseksamaan berkaitan dengan kemungkinan adanya bias dalam pengamatan. Ketelitian berhubungan dengan derajat keragaman keterhasilkan atau keterulangi pengukuran terhadap suatu satuan pengamatan. Pengamatan diulang terhadap suatu objek mungkin menghasilkan data yang beragam.
Bias-bias dalam pengamatan ada yang bersifat konsisten dan ada juga yang beragam. Pengamatan tak-bias ada yang berketelitian tinggi dan ada yang berketelitian rendah. Pengamatan yang dikehendaki adalah yang sah, nisbi nihil dari bias dan berketelitian tinggi. Pengukuran sah yang berketelitian tinggi tetapi bias mungkin masih dapat dipertimbangkan jika bias bersifat konstan dan besarnya diketahui.
Pengulangan pengukuran atau penilaian terhadap objek-objek yang itu-itu juga tidak dapat dilakukan pada pengukuran melalui cara merusak atau mengubah ciri objek ukur. Atau, yang kondisinya dapat berubah dalam waktu singkat. Respons-respons terhadap pengukuran berulang biasanya takbebas. Pengulangan dengan menggunakan r objek ukur mungkin terganggu oleh adanya keragaman pemetikan contoh.
Latihan 2.3.1
Tentukan satu objek atau subjek pengamatan. Untuk suatu peubah lakukan pengamatan berulangkali oleh seorang pengamat saja dan oleh sejumlah pengamat. Catat semua pengamatan tanpa berusaha untuk mengingat hasil pengamatan sebelumnya. Untuk tugas tersebut mungkin Anda perlu menetapkan suatu tenggat waktu yang memadai agar subjek pengamatan tidak ingat (atau berusaha mengingat) respons-respons sebelumnya. Evaluasi pengamatan tersebut, yaitu untuk masing-masing cara tadi.
Latihan 2.3.2
Berikan tanggapan Anda atas masing-masing pernyataan atau keterangan disajikan di bawah ini.
a. Untuk kesahihan isi soal-soal dalam suatu uji penilaian hasil belajar mahasiswa untuk suatu mata-kuliah harus dibuat mencakup semua butir utama dari bahan yang telah diajarkan.
b. Skor-skor yang diberikan oleh suatu peubah indeks diberikan oleh sejumlah item (peubah komponen). Semua item yang digunakan haruslah memenuhi kesahihan konstruk.
c. Dari dua gugus data deret waktu, yaitu mengenai banyaknya orang menganggur dan orang usia kerja, apa peubah yang sahih untuk digunakan dalam mengukur tingkat pengangguran?
d. Instrumen seleksi yang efektif harus terdiri atas soal-soal uji yang terandalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar